Selasa, 31 Agustus 2010

Asal Mula nama Blackberry

Ada beberapa usulan awal nama device yang digunakan adalah StrawBerry Namun setelah digali lebih dalam Gan ternyata kata tersebut identik dengan sifat yang lambat.Maka kata tersebut di plesetkan menjadi BlackBerry (BB) bukan buka-bukaan ya gan.. sedang code name BlackBerry sendiri adalah PocketLink. Hingga saat ini BlackBerry menjadi nama yang cocok untuk ponsel keluaran RIM

Dan sejarah BlackBerry Bermula dari dua orang sahabat
Mike Lazaridis

yang merupakan lulusan Univesity of Waterloo, Ontario Kanada dan Douglas Freign dari University of Windsor, Kanada Meski Berbeda Universitas kedua memiliki ketertarikan di bidang Electronika Berbekal uang sebesar US$15.000 hasil celengan Lazaridis pada tahun 1984 Reseach in Motion (RIM) Ltd. pun didirikan di Kanada.

Baru kemudian pada tahun 1998 muncul device RIM seri 950 yang memiliki fungsi mirip dengan BlackBerry yang ada saat ini



Meski demikian bentuk dan gayanya masih sangat dipengaruhi oleh pager.devive tersebut sudah menyisipkan game di dalamnya berikut koneksi Internet.Namun, jaringannya masih terbatas diwilayah Amerika Utara saja.Dilluar kawasan itu anda tidak dapat menggunakannya.
Tahun 2001,RIM menggelontarkan ponsel pertama yang diberi label BlackBerry seri 5810

Telepon genggam ini merupakan ledakan besar,meski layar yang digunakan masih berupa monokrom namun fasilitas yang dimiliki jauh lebih baik ketimbang pager.Mulai saat itu perkembangan model ponsel BlackBerry semakin beragam Koneksi 3G/HSDPA pun sudah tesedia di kebanyakan modelnya, Ponsel BlackBerry pertama yang mengadopsi koneksi 3G di buat tahun 2005 dengan seri 8700 dan 8707


BlackBerry juga mengembangkan sayapnya sampai ke provider CDMA2000 1 X EV-DO (Evolution Data Only/Evolution Optimized).
Di beberapa seri BlackBerry saat ini jaringan yang di sediakan cukup lengkap mulai dari quadband,3G,HSDPA sampai dengan CDMA.

Blackberry Strom 9530 touchscreen

seri ini mampu menangani dua jenis jaringan meski dalam waktu yang berbeda, tidak bisa keduanya dihidupkan dihidupkan sekaligus (GSM/CDMA)

Selepas tahun 2007 pihak BlackBerry mulai meluncurkan ponsel dengan style yang bersifat universal,tidak kaku atau terbatas untuk kalangan bisnis semata.

just for share Gan.. jangan di

maklum masih nubie

yang penting

Pengantar Ilmu Jurnalistik

1. Pengertian Jurnalistik
Definisi jurnalistik sangat banyak. Namun pada hakekatnya sama, para tokoh komuniikasi atau tokoh jurnalistik mendefinisikan berbeda-beda. Jurnalistik secara harfiah, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau hal-ihwal pemberitaan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day) atau “catatan harian” (diary). Dalam bahasa Belanda journalistiek artinya penyiaran catatan harian.


Istilah jurnalistik erat kaitannya dengan istilah pers dan komunikasi massa. Jurnalistik adalah seperangkat atau suatu alat madia massa. Pengertian jurnalistik dari berbagai literature dapat dikaji definisi jurnalistik yang jumlahnya begitu banyak. Namun jurnalistik mempunyai fungsi sebagai pengelolaan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat mengenai apa saja yang terjadi di dunia. Apapun yang terjadi baik peristiwa factual (fact) atau pendapat seseorang (opini), untuk menjadi sebuah berita kepada khalayak.

Jurnalistik adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaopran setiap hari. Jadi jurnalistik bukan pers, bukan media massa. Menurut kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis surat kabar, majalah, atau berkala lainnya.

Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan jurnalistik, dibawah ini adalah definisi dari para tokoh tentang jurnalistik seperti yang di rangkum oleh Kasman dalam bukunya bahwa jurnalistik adalah:
F. Fraser Bond dalam bukunya An Introduction to Journalism menyatakan: “Journalism ambraces all the forms in which and trough wich the news and moment on the news reach the public”. Jurnalistik adalah segala bentuk yang membuat berita dan ulasan mengenai berita sampai pada kelompok pemerhati.
M. Djen Amar, jurnalistik adalah usaha memproduksi kata-kata dan gambar-gambar yang dihubungkan dengan proses transfer ide atau gagasan dengan bentuk suara, inilah cikal bakal makna jurnalistik sederhana. Pengertian menurut Amar juga dijelaskan pada Sumadiria. Jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya.

M. Ridwan, adalah suatu kepandaian praktis mengumpulkan, mengedit berita untuki pemberitaan dalam surat kabar, majalah, atau terbitan terbitan berkala lainnya. Selain bersifat ketrampilan praktis, jurnalistik merupakan seni.
Onong U. Effendi, jurnalistik adalah teknik mengelola berita sejak dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada khalayak. Pada mulanya jurnalistik hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informatif saja.
Adinegoro, jurnalistik adalah semacam kepandaian karang-mengarang yang pokoknya memberi perkabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. Sedang menurut Summanang, mengutarakan lebih singkat lagi, jurnalistik adalah segala sesuatu yang menyangkut kewartawanan.
Dalam buku Jurnalistik Indonesia karya Sumadiria juga mengungkapkan pengertian beberapa tokoh antara lain; F.Fraser Bond, Roland E. Wolseley, Adinegoro, Astrid S. Susanto, Onong U. Effendi, Djen Amar, Erik Hodgins, Kustadi Suhandang, dan bahkan penulis itu sendir Haris Sumadiria.

Roland E. Wolseley dalam Understanding Magazines (1969:3), jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematis dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran.
Astrid S. Susanto, jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari.

Erik Hodgins (Redaktur Majalah Time), jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar, seksama, dan cepat, dalam rangka membela kebenaran dan keadilan.
Haris Sumadiria, pengertian secara teknis, jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.
Dalam buku Kustadi Suhandang, juga terdapa satu pakar lagi yang mendefinisikan pengertian jurnalistik, yaitu A.W. Widjaya, menyebutkan bahwa jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peritiwaatau kejadian sehari-hari yang aktualdan factual dalam waktu yang secepat-cepatnya.

Sedang menurut Kustadi Suhandang sendiri Kustadi, jurnalistik adalah seni atau ketrampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.

Menurut A.Muis dan Edwin Emery yaitu; A.Muis (pakar hukum komunikasi) mengatakan bahwa definisi tentang jurnalistik cukup banyak. Namun dari definisi-definisi tersebut memiliki kesamaan secara umum. Semua definisi juranlistik memasukan unsur media massa, penulisan berita, dan waktu yang tertentu (aktualitas). Menurut Edwin Emery juga sama mengatakan dalam jurnalistik selalu harus ada unsur kesegaran waktu (timeliness atau aktualitas). Dan Emery menambahkan bahwa seorang jurnalis memiliki dua fungsi utama. Pertama, fungsi jurnalis adalah melaporkan berita. Kedua, membuat interpretasi dan memberikan pendapat yang didasarkan pada beritanya.

Menurut Ensiklopedi Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian dan atau kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada.

Sumadiria juga menambahkan bahwa jurnalistik dalam Leksikon Komunikasi dirumuskan, jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebarkan berita dan karangan utuk surat kabar, majalah, dan media massa lainnya seperti radio dan televisi.

2. Ruang Lingkup Jurnalistik
Ruang lingkup jurnalistik sama saja dengan ruang lingkup pers. Dalam garis besar jurnalistik Palapah dan Syamsudin dalam diktat membagi ruang lingkup jurnalistik ke dalam dua bagian, yaitu : news dan views (Diktat “Dasar-dasar Jurnalistik”).

News dapat dibagi menjadi menjadi dua bagian besar, yaitu :
1. Stainght news, yang terdiri dari :
a. Matter of fact news
b. Interpretative report
c. Reportage
2. Feature news, yang terdiri dari :
a. Human interest features
b. Historical features
c. Biographical and persomality features
d. Travel features
e. Scientifict features

Views dapat dibagi kedalam beberapa bagian yaitu :
1. Editorial
2. Special article
3. Colomum
4. Feature article
5. Sejarah Jurnalistik

Pada mulanya jurnalistik hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informatif saja. Itu terbukti pada Acta Diurna sebagai produk jurnalistik pertama pada zaman Romawi Kuno, ketika kaisar Julius Caesar berkuasa.
Sekilas tentang pengertian dan perkembangan jurnalistik, Assegaff sedikit menceritakan sedikit sejarah. Bahwa jurnalistik berasal dari kata Acta Diurna, yang terbit di zaman Romawi, dimana berita-berita dan pengumuman ditempelkanatau dipasang di pusat kota yang di kala itu disebut Forum Romanum. Namun asal kata jurnalistik adalah “Journal” atau “Du jour” yang berarti hari, di mana segala berita atau warta sehari itu termuat dalam lembaran tercetak. Karena kemajuan teknologi dan ditemukannyapencetakan surat kabar dengan system silinder (rotasi), maka istilah “pers muncul”, sehingga orang lalu mensenadakan istilah “jurnalistik” dengan “pers”.

Sejarah yang pasti tentang jurnalistik tidak begitu jelas sumbernya, namun yang pasti jurnaliatik pada dasarnya sama yaitu diartikan sebagai laporan. Dan dari pengertian ada beberapa versi. Kalau dalam dari sejarah Islam cikal bakal jurnalistik yang pertama kali didunia adalah pada zaman Nabi Nuh.

Suhandang dalam bukunya juga menerangkan sejarah Nabi Nuh teerutama dalam menyinggung tentang kejurnalistikan. Dikisahkan bahwa pada waktu itu sebelum Allah SWT menurunkan banjir yang sangat hebatkepada kaum yang kafir, maka datanglah maiakat utusan Allah SWT kepada Nabi Nuh agar ia memberitahukan cara membuat kapal sampai selesai. Kapal yang akan dibuatnya sebagai alat untuk evakuasi Nabi Nuh beserta sanak keluarganya, seluruh pengikutnya yang shaleh dan segala macam hewan masing-masing satu pasang. Tidak lama kamudian, seusainya Nabi Nuh membuat kapal, hujan lebat pun turun berhari-hari tiada hentinya. Demikian pula angin dan badai tiada henti, menghancurkan segala apa yang ada di dunia kecuali kapal Nabi Nuh. Dunia pun dengan cepat menjadi lautan yang sangat besar dan luas. Saat itu Nabi Nuh bersama oranng-orang yang beriman lainnya dan hewan-hewan itu telah naik kapal, dan berlayar dengan selamat diatas gelombang lautan banjir yang sangat dahsyat.

Hari larut berganti malam, hingga hari berganti hari, minggu berganti minggu. Namun air tetap menggenang dalam, seakan-akan tidak berubah sejak semula. Sementara itu Nabi Nuh beserta lainnya yang ada dikapal mulai khawatir dan gelisah karena persediaan makanan mulai menipis. Masing-masing penumpang pun mulai bertanya-tanya, apakah air bah itu memang tyidak berubah atau bagaimana? Hanya kepastian tentang hal itu saja rupanya yang bisa menetramkan karisuan hati mereka. Dengan menngetahui situasi dan kondisi itu mereka mengharapkan dapat memperoleh landasan berfikir untuk melakukan tindak lanjut dalam menghadapi penderitaanya, terutama dalam melakukan penghematan yang cermat.

Guna memenuhi keperluan dan keinginan para penumpang kapalnya itu Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk meneliti keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Setelah beberapa lama burung itu terbang mengamati keadaan air, dan kian kemari mencari makanan, tetapi sia-sia belaka. Burung dara itu hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun (olijf) yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun di patuknya dan dibawanya pulang ke kapal. Atas datangnya kembali burung itu dengan membawa ranting zaitun. Nabi Nuh mengambil kesimpulan bahwa air bah sudah mulai surut, namun seluruh permukaan bumi masih tertutup air, sehingga burung dara itu pun tidak menemukan tempat untuk istirahat demikianlah kabar dan berita itu disampaikan kepada seluruh anggota penumpangnya.

Atas dasar fakta tersebut, para ahli sejarah menamakan Nabi Nuh sebagai seorang pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) yang pertama kali di dunia. Bahkan sejalan dengan teknik-teknik dan caranya mencari serta menyiarkan kabar (warta berita di zaman sekarang dengan lembaga kantor beritannya). Mereka menunjukan bahwa sesungguhnya kantor berita yang pertama di dunia adalah Kapal Nabi Nuh.

Data selanjutnya diperolah para ahli sejarah negara Romawi pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi (Imam Agung) mencatat segala kejadian penting yang diketahuinya pada annals (papan tulis yang digantungkan di serambi rumahnya). Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap orang yang lewat dan memerlukannya.

Pengumuman sejenis itu dilanjutkan oleh Julius Caesar pada zaman kejayaannya. Caesar mengumumkan hasil persidangan senat, berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan jalan menuliskannya pada papan pengumuman berupa papan tulis pada masa itu. (60 SM) dikenal dengan acta diurna dan diletakkan di Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum. Terhadap isi acta diurna tersebut setiap orang boleh membacanya, bahkan juga boleh mengutipnya untuk kemudian disebarluaskan dan dikabarkan ke tempat lain.

Baik hikayat Nabi Nuh menurut keterangan Flavius Josephus maupun munculnya acta diurna belum merupakan suatu penyiaran atau penerbitan sebagai harian, akan tetapi jelas terlihat merupakan gejala awal perkembangan jurnalistik. Dari kejadian tersenut dapat kita ketahui adanya suatu kegiatanyang mempunyai prinsip-prinsip komunikasi massa pada umumnya dan kejuruan jurnalistik pada khususnya. Karena itu tidak heran kalau Nabi Nuh dikenal sebagai wartawan pertama di dunia. Demikian pula acta diurna sebagai cikal bakal lahirnya surat kabar harian.

Seiring kemajuan teknologi informasi maka yang bermula dari laporan harian maka tercetak manjadi surat kabar harian. Dari media cetak berkembang ke media elektronik, dari kemajuan elektronik terciptalah media informasi berupa radio. Tidak cukup dengan radio yang hanya berupa suara muncul pula terobosan baru berupa media audio visual yaitu TV (televisi). Media informasi tidak puas hanya dengan televisi, lahirlah berupa internet, sebagai jaringan yang bebas dan tidak terbatas. Dan sekarang dengan perkembangan teknologi telah melahirkan banyak media (multimedia).

DAFTAR PUSTAKA
Assegaff,
1982, Jurnalistik Masa Kini: Pengantar Ke Praktek Kewartawanan, Jakarta, Ghalia Indonesia.
Muis, A. 1999, Jurnalistik Hukum Komunikasi Massa, Jakarta: PT. Dharu Annutama.
Kasman, Suf. 2004, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Qur’an, Jakarta, Penerbit Teraju
Romli, Asep Syamsul M. 2005, Jurnalistik Terapan: Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan, Bandung, Batic Press
Suhandang, Kustadi. 2004, Penngantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung, Penerbit Nuansa.
Sumadiria, AS Haris. 2005, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Bandung, Simbiosa Rekatama Media.
Palapah dan Syamsudin. 1994, Diktat “Dasar-dasar Jurnalistik”
[1] Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Terapan: Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan, Bandung, Batic Press, 2005, hlm. 01.
[2] Suf Kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Qur’an, Jakarta, Penerbit Teraju, 2004, hlm. 22-23
[3] AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2005, hlm. 02
[4] Ibid hal, hlm. 03.
[5] Op.cit, Suf Kasman, hlm. 23-24.
[6] AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2005, hlm. 2-3
[7] A. Muis, Jurnalistik Hukum Komunikasi Massa, Jakarta: PT. Dharu Annutama. 1999, hlm. 24-25
[8] AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2005, hlm. 02.
[9] Ibid.
[10] Suf Kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Qur’an, Jakarta:Penerbit Teraju, 2004, hlm. 23.
[11] Assegaff, Jurnalistik Masa Kini: Pengantar Ke Praktek Kewartawanan, Jakarta:Ghalia Indonesia, 1982, 9-10.
[12] Suhandang, Kustadi., Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung:Penerbit Nuansa, 2004, hlm. 25-26.
Dian Amalia Mahasiswa Jurnalistik 2006

Jenis - jenis Konsep Diri



Menurut William D.Brooks (dalam Rahkmat, 2005:105) bahwa dalam menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif.
Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah :
  1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
  2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
  3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
  4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh masyarakat.
  5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.
Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan. Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif.
Tanda-Tanda individu yang memiliki konsep diri negatif adalah :
  1. Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru.
  2. Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini, segala macam embel-embel yang menjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatian. Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain.
  3. Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.
  4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau bahkan berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi (bermusuhan).
  5. Bersikap psimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya. Pernyataan lain menyebutkan bahwa individu yang memiliki konsep diri negatif maupun positif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (Rini, 2002:http://www.e-psikologi./com/dewasa/1670502.htp).
Individu yang memiliki konsep diri negatif meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Individu ini akan cenderung bersikap psimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Individu yang memiliki konsep diri negatif akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika ia mengalami kegagalan akan menyalahkan diri sendiri maupun menyalahkan orang lain.
Individu yang memiliki konsep diri positif akan bersikap optimis, percaya diri sendiri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak dipandang sebagai akhir segalanya, namun dijadikan sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah kedepan. Individu yang memiliki konsep diri positif akan mampu menghargai dirinya sendiri dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.

Dengan melihat uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik konsep diri dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif, yang mana keduanya memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda antara ciri karakteristik konsep diri positif dan karakteristik konsep diri yang negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif dalam segala sesuatunya akan menanggapinya secara positif, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Ia akan percaya diri, akan bersikap yakin dalam bertindak dan berperilaku. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri negatif akan menanggapi segala sesuatu dengan pandangan negatif pula, dia akan mengubah terus menerus konsep dirinya atau melindungi konsep dirinya itu secara kokoh dengan cara mengubah atau menolak informasi baru dar lingkungannya.

Tipe - tipe Kepemimpinan


Setelah kemaren membahas tentang Definisi Kepemimpinan, maka pada kesempatan kali ini saya juga akan membahas mengenai Tipe-Tipe Kepeminpinan, yang mana tipe kepemimpinan sering kali menjadi perdebatan para tokoh-tokoh besar. Karena kepemimpinan sangat berguna sekali dalam kehidupan kita, minimal bagi seorang laki-laki nantinya akan memimpin sebuah keluarga. Langsung saja tidak usah terlalu panjang basa-basinya, Menurut beberapa kelompok sarjana (dalam Kartono, 2003); Shinta (2002) membagi Tipe Kepemimpinan sebagai berikut:


1. Tipe Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.

2. Tipe Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.

3. Tipe militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
4. Tipe Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.

5. Tipe Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.

6. Tipe Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

7. Tipe Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.

8. Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Refleksi:

Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat.

Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli



Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan tidak hanya dilihat dari bak saja, akan tetapi dapat dilihat dari penyiapan sesuatu secara  berencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin.


Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Definisi Kepemimpinan menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Kepemimpinan menurut Young (dalam Kartono, 2003) lebih terarah dan terperinci dari definisi sebelumnya. Menurutnya kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.

Dalam teori kepribadian menurut Moejiono (2002) memandang bahwa kepemimpinan tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandang kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Biaya Pembangunan Gedung DPR yang baru cukup untuk bangun 12 ribu Sekolah

Rencana Pembangunan Gedung DPR yang baru

Jakarta - DPR RI telah menyosialisasikan rencana pembangunan gedung DPR RI, yang menurut perkembangan terbaru, bernilai Rp 1,2 triliun. Berikut kronologi rencana pembangunan gedung yang di dalamnya terdapat fasilitas rekreatif seperti spa dan kolam renang, sebagaimana dilansir di website DPR.

1. Didasarkan atas perubahan jumlah anggota dewan yang tiap periode bertambah, serta tidak mencukupinya Gedung Nusantara I untuk dapat menampung aktivitas anggota DPR RI.

2. Saat ini tiap anggota DPR RI di Gedung Nusantara I menempati ruang seluas ± 32 m2, diisi 1 anggota, 1 sekretaris, dan 2 staf ahli. Kondisi ini dianggap tidak optimal untuk kinerja dewan.

3. Dalam rangka penataan Kompleks DPR, maka BURT menyusun TOR Grand Design Kawasan DPR RI. Pada Tahun 2008, Setjen DPR RI melakukan Lelang untuk Konsutan Review Masterplan, AMDAL, dan Audit Struktur Gedung Nusantara, yang menghasilkan Blok Plan Kawasan DPR/MPR RI (Oktober 2008).

4. Pada 2 Februari 2009, PT. Virama Karya (Konsultan Masterplan, AMDAL, dan Audit Struktur) memaparkan Blok Plan Kawasan MPR/DPR RI pada Rapat Konsultasi Pimpinan DPR dengan Pimpinan Fraksi serta Pimpinan BURT. Rapat meminta Konsep Blok Plan disempurnakan.

5. Pada 18 Mei 2009, diadakan Rapat Dengar Pendapat antara Steering Committee Penataan Ulang dengan IAI, INKINDO dan PT. Yodya Karya memutuskan untuk mengadakan lokakarya dalam rangka mendapatkan masukan-masukan mengenai Komplek Gedung MPR/DPR/DPD RI.

6. Pada 24-25 Juni 2009 diadakan Lokakarya Penataan Ulang Komplek MPR/DPR/DPD RI dan hasil Penyempurnaan Master Plan telah disampaikan ke BURT.

7. Dalam rangka penataan Kompleks Kantor DPR RI, maka pada tahun 2008 dilakukan lelang untuk Konsultan Perencana (PT. Yodya Karya) dan Manajemen Konstruksi (PT. Ciria Jasa), dengan hasil pekerjaan adalah konsep disain Gedung Baru dengan dasar perhitungan berdasar kebutuhan dari 540 orang anggota dewan.

8. Ruang untuk tiap anggota dewan seluas 64 m2, meliputi 1 anggota dewan, 2 staf ahli, dan 1 asisten pribadi.

9. Hasil konsep perencanaan adalah Konsep Rancangan Gedung Baru 27 lantai termasuk P dan S dan DED untuk pekerjaan pondasi.

10. Pada tahun 2009, dilakukan penyusunan DED Gedung Baru 27 lantai berupa Desain Upper Structure, plat, kolom, balok, dan Core untuk Lt. 1,2 dan 3.

11. Luas total bangunan tersebut (27 Lt) ± 120.000 m2.

12. Pada masa bakti Anggota Dewan periode 2009 -2014, ada keinginan penambahan jumlah staf ahli yang semula 2 menjadi 5, serta penambahan fasilitas berupa ruang rapat kecil, kamar istirahat, KM/WC, dan ruang tamu.

13. Berdasarkan kebutuhan baru tersebut, perhitungan untuk ruang masing-masing anggota menjadi 7 orang, meliputi 1 anggota dewan, 5 staf ahli, dan 1 asisten pribadi seluas ± 120 m2.

14. Perhitungan luas total bangunan berubah dari ±120.000 m2 (27 Lt) menjadi ±161.000 m2 (36 lt). Perhitungan ini tidak bertentangan dengan Master Plan yang telah disusun oleh PT. Virama Karya (KDB dan KLB masih memenuhi peraturan DKI). (nrl/fay)

Penjelasan Singkat mengenai Perbedaan antara Pandemik dengan Endemik

Endemik adalah suatu keadaan di mana penyakit secara menetap berada dalam masyarakat pada suatu tempat atau populasi tertentu.
Epidemik adalah mewabahnya penyakit dalam komunitas atau daerah tertentu dalam jumlah yang melebihi batas jumlah normal atau yang biasa.
Sedang pandemik adalah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan mencakup proporsi populasi yang banyak di berbagai daerah atau negara di dunia.

Biodata dan Profil Lengkap Bambang Widjojanto

Bambang Widjojanto adalah eks Ketua Dewan Pengurus YLBHI. Dia menjadi pengacara pimpinan KPK Bibit dan Chandra saat menghadapi kasus dugaan pemerasan yang kemudian dihentikan oleh Kejaksaan Agung.

Nama ; Dr Bambang Widjojanto
Lahir di Jakarta, pada tanggal 18 Oktober 1959
Pekerjaan Terakhir: Penasehat di Partnership (Kemitraan untuk Pembaruan Tata Pemerintahan)/
Penasehat Hukum di Pengadilan Tinggi Jakarta Utara
Pendidikan: Fakultas Hukum Universitas Jayabaya Jakarta, lulus pada tahun 1985
Agama: Islam
Status: Menikah

Riwayat Pekerjaan Singkat Dr Bambang Widjojanto ;
1984-1986 LBH Jakarta - Pembela Umum
1986-1993 LBH Jayapura - Direktur
1990-1993 Dewan Pengurus Forum Kerja Sama LSM di Irian Jaya
1993-1995 YLBHI - Direktur Operasional
1995-2000 YLBHI - Ketua Dewan Pengurus
1999 Anggota Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Kerusuhan Mei 1999
1999-skrg Indonesian Corruption Watch (ICW) - Ketua Dewan Etik
2001 CETRO - Koordinator pada program Konstitusi dan Pemilu
2002 Partnership - Konsultan di Bidang Anti Korupsi
2002-2003 Yayasan TIFA
Penasehat di bidang Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Sipil dan Demokrasi
2002-skrg Partnership - Penasehat di bidang Pemilu

Riwayat Pelatihan, Seminar dan Lokakarya:
1. Internship Training 1993-1994
2. International Human Rights Course tahun 1995


Lain-Lain:
*. Peraih sertifikat Amdal A tahun 1987
*. Mendapat izin advokat dari Mahkamah Agung R.I. tahun 1988*. Peraih Kennedy Human Rights Award dari Kennedy Human Rights Centre USA tahun 1993*. Pendiri Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) tahun 1996*. Pendiri LeIP tahun 1999*. Pendiri Voice of Human Rights (VHR) tahun 1999*. Pendiri Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN) tahun 1999*. Pendiri Komisi Untuk Orang Hilang (KONTRAS) tahun 1999*. Pendiri Indonesian Corruption Watch (ICW) tahun 1999*. Pendiri Indonesia Court Monitoring tahun 2000*. Fasilitator Forum Baku Bae tahun 2001*. Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan DPP Ikadin tahun 2000-2001*. Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Advokat Indonesia (DPP-IKADIN)
tahun 2003-skrg
*. Penulis di berbagai media (termasuk isu anti-korupsi)*. Nara sumber di berbagai seminar dan lokakarya khususnya di bidang Anti Korupsi, Pembaruan
Pemilu dan Pembaruan Hukum
*. Fasilitator training khususnya di bidang Anti Korupsi, Pembaruan Pemilu dan Pembaruan Hukum*. Advokat di beberapa kasus struktural atau Public Interest Cases yang sebagiannya berkaitan
dengan anti korupsi

Teori Komunikasi Organisasi Menurut Perspektif Komunikasi dari Para Ahli

____________________________________________________________
Aplikasi teori komunikasi telah banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan.
Salah satu teori yang paling banyak diaplikasikan adalah teori komunikasi
organisasi. Teori Asimilasi Organisasi adalah salah satu yang juga dipergunakan
dalam perusahaan. Teori Asimilasi Organisasi merupakan teori baru,
dikembangkan oleh Fred Jablin untuk kepentingan perusahaan, khususnya pada
saat proses penerimaan karyawan baru. Proses penerimaan karyawan baru
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dari mulai biaya pemasangan iklan, proses
wawancara, tes dan pelatihan karyawan baru. Pertimbangan itulah yang
menyebabkan semua perusahaan berusaha untuk tetap mempertahankan karyawan
yang telah ada. Keberhasilan karyawan baru untuk beradaptasi dan bertahan tidak
hanya ditentukan oleh kemampuan karyawan dalam berkomunikasi tapi juga
ditentukan oleh peran serta pihak perusahaan melalui manajer dengan memberikan
step by step procedure kepada karyawan secara jelas seperti yang dipaparkan
dalam teori ini.
Organizational assimilation theory.
___________________________________________________________

LATAR BELAKANG TEORI

Teori Asimilasi Organisasi menurut
pembagian teori komunikasi berdasarkan
konteks komunikasi termasuk dalam teori
komunikasi organisasi. Masyarakat kita
adalah “masyarakat organisasi”, kita lahir di
organisasi, belajar di organisasi dan
menghabiskan banyak waktu dari hidup kita
untuk bekerja di organisasi (Littlejohn, 2002).
Organisasi adalah sebuah kelompok individu
yang diorganisasi untuk mencapai tujuan
tertentu (Devito, 1997). Jumlah anggota
organisasi sangat bervariasi dari satu
organisasi ke organisasi lainnya. Ada yang
beranggotakan tiga atau empat orang bekerja
dengan kontak yang sangat dekat. Yang
lainnya memiliki seribu karyawan tersebar di
seluruh dunia. Yang terpenting adalah mereka
ini bekerja di dalam struktur tertentu. Individu
di abad ke-21 ini sangat dinamis, masuk dan
keluar dari suatu perusahaan atau organisasi
untuk mencari pengalam baru atau
penghasilan lebih baik bukan hal yang aneh.
Pada saat itulah proses asimilasi terjadi.
Studi komunikasi organisasi merupakan studi
yang interdisipliner. Bidang-bidang studi yang
menggunakan kajian komunikasi organisasi
adalah manajemen, sosiologi, psikologi sosial,
psikologi industri, dan lain-lain. Karena itulah
maka teori-teori komunikasi organisasi
berhubungan dengan ilmu-ilmu lainnya dan
untuk memahaminya perlu dipelajari terlebih
dahulu bagaimana perkembangan komunikasi
organisasi. Komunikasi organisasi banyak
dipengaruhi oleh teori Frederick Taylor (teori
manajemen) dan teori Max Weber (teori
birokrasi) yang melihat bahwa komunikasi
dalam organisasi diatur oleh standar yang
jelas. Tahun 60 dan 70-an berkembang
pandangan organisasi sebagai suatu sistem,
perkembangan selanjutnya tahun 80-an
masyarakat kebingungan dengan rasionalitas
dan objektivitas dalam pandangan sistem dari
sinilah muncul pandangan budaya yang
melihat dalam organisasi terdapat sejarah,
nilai, ritual dan perilaku anggota organisasi.
Yang terakhir adalah Teori kritis dari Morgan
yang meneliti aturan gender, demokrasi dan
struktur partisipasi dalam organisasi.

Dari perkembangan di atas maka muncul
berbagai perspektif tentang organisasi:
1. Sebagai mesin, yang terdiri dari bagianbagian
yang menghasilkan produk atau
jasa
2. Organisme, yang melalui fase lahir,
tumbuh, berfungsi, beradaptasi dan mati
3. Seperti otak, yang melakukan proses
informasi, mempunyai keputusan,
membuat rencana dan terkonsep.
4. Budaya, yang membuat arti, mempunyai
nilai , norma, sejarah dan ritual.
5. Sistem politik, yang mempunyai
pembagian kekuasaan.

Menurut Devito (1997), kita dapat melakukan
pendekatan pada organisasi sekurangkurangnya
melalui empat perspektif, yaitu
Pendekatan Manajemen Ilmiah
Menganggap bahwa organisasi harus
menggunakan metode-metode ilmiah untuk
meningkatkan produktivitas. Berbagai studi
pengendalian secara ilmiah akan
m e m u n g k i n k a n ma n a j e m e n
mengidentifikasikan cara-cara atau alat untuk
meningkatkan produktivitas dan pada
akhirnya akan meningkatkan laba.
Pendekatan Hubungan Antarmanusia
Kepuasan kerja akan mengakibatkan
kenaikan produktivitas. Seorang karyawan
yang bahagia adalah karyawan yang
produktif. Oleh karena itu, fungsi
manajemen adalah menjaga agar para
karyawan terus merasa puas. Fungsi
kepemimpinan sangat penting di sini,
pemimpin menciptakan norma-norma dan
anggota kelompok mengikutinya,
pengendalian kepemimpinan dianggap cara
terbaik untuk meningkatkan kepuasan dan
produksi.

Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem menggabungkan unsur
terbaik dari pendekatan ilmiah dengan
pendekatan hubungan antar manusia.
Pendekatan ini memandang organisasi
sebagai suatu sistem di mana semua bagian
berinteraksi dan mempengaruhi bagian yang
lainnya. Organisasi dipandang sebagai
sistem yang terbuka terhadap informasi baru,
responsif terhadap lingkungan, dinamis dan
selalu berubah.

Pendekatan Kultural
Organisasi harus dipandang sebagai suatu
kesatuan sosial atau kultur yang memiliki
aturan tentang perilaku, peran,
kepahlawanan dan nilai-nilai. Organisasi
harus memiliki nilai atau kultur yang
spesifik untuk dianutnya. Tujuan analisis ini
bertujuan untuk memahami bagaimana kita
bisa memahami bagaimana organisasi
berfungsi dan bagaimana hal itu
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh para
anggotanya dalam kultur organisasi itu.
Adapun definisi fungsional komunikasi
organisasi adalah “Pertunjukan dan
penafsiran pesan di antara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari

suatu organisasi tertentu.” Kemudian definisi
interpretif komunikasi organisasi adalah
“Proses penciptaan makna atau interaksi yang
merupakan organisasi.” (Pace & Faules,
1998). Intinya bahwa komunikasi organisasi
adalah “perilaku pengorganisasian” yang
terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat
dalam proses itu berinteraksi dan memberi
makna atas apa yang sedang terjadi
Sifat penting komunikasi organisasi adalah
penciptaan pesan, penafsiran dan penanganan
kegiatan anggota organisasi, bagaimana
komunikasi berlangsung dalam organisasi dan
apa maknanya bergantung pada konsepsi
seseorang mengenai organisasi.
The Organizational Assimilation Theory
(Teori Asimilasi Organisasi) dari Fred Jablin
pada tahun 1982 berusaha menjelaskan
bagaimana individu sebagai anggota baru
berasimilasi di dalam organisasi dengan
menggunakan komunikasi. Fred Jablin adalah
seorang ahli dalam bidang komunikasi
organisasi yang berasal dari University of
Richmond. Beliau menulis tiga buku dan
kurang lebih 50 artikel yang berhubungan
dengan komunikasi organisasi. Salah satu
tulisannya yang khusus membahas tentang
proses asimilasi dalam organisasi terdapat
dalam buku Communication yearbook 8
halaman 137-163 tahun 1984 dengan judul
“The employment screening interview: an
organ i z a t ion a l assimilation and
communication perspective”.
Teori ini didasari oleh teori sistem, namun
untuk dapat mendefinisikan teori asimilasi
organisasi akan lebih baik apabila kita
membekali diri dengan pandangan scientific
dan humanistic secara sekaligus. Jablin
menggambarkan bahwa terdapat empat proses
yang terjadi pada saat individu memasuki
organisasi baru yaitu tahap sosialisasi awal
(anticipatory socialization), tahap pertemuan
(the encounter stage), tahap perubahan bentuk
(metamorphosis stage), dan tahap keluar dari
organisasi (exit stage).

Menurut Miller (2002), Dalam proses
asimilasi tersebut komunikasi memegang
peranan penting di setiap tahapannya. Pada
tahap sosialisasi awal terdapat komunikasi
selama wawancara, pada tahap pertemuan
terdapat proses mencari informasi, dan tahap
pembentukan terdapat proses pengembangan
aturan organisasi.
ASUMSI TEORI
Pada saat individu memasuki organisasi baru
maka mereka melakukan asimilasi. Menurut
Jablin & Krone dalam buku Communication
Organizational menyebutkan bahwa
“Asimilasi adalah proses behavior dan
kognitif yang terus menerus terjadi pada saat
individu bergabung dalam organisasi,
bersatu atauppun sampai pada tahap
meninggalkan organisasi” (2002). Asimilasi
adalah proses dua arah , di satu sisi
organisasi berusaha mempengaruhi proses
adaptasi individu melalui sosialisasi formal
ataupun informal. Di sisi lain individu
berusaha merubah beberapa aspek dalam
organisasi untuk meningkatkan harapan dan
memenuhi kebutuhannya. Menurut Piaget
(1955) asimilasi adalah “proses kognitif di
mana individu mengintegrasikan
pengalaman baru dengan skema yang telah
ada”. Proses yang terus berlangsung karena
individu senantiasa memproses rangsangan
yang datang padanya. Menurut Piaget,
asimilasi adalah salah satu dari 4 proses
pembelajaran individu, proses yang lainnya
adalah skema, akomodasi dan
keseimbangan.
Ketika individu memasuki organisasi, proses
individu bersatu dengan budaya organisasi,
menyesuaikan aturan dalam organisasi, dan
pada saat keluar dari organisasi dan
memasuki organisasi baru maka proses
asimilasi itu akan terulang kembali.

KONSEP-KONSEP DALAM TEORI
The anticipatory socialization stage
(sosialisasi awal)

Menurut Van Maaren, sosialisasi awal adalah
proses sosialisasi yang terbentuk sebelum
individu memasuki organisasi. Adapun aspekaspeknya
adalah mempelajari pekerjaan,
memperkirakan penghasilan dan mengamati
organisasi tersebut. Sosialisasi awal
merupakan proses individu dalam
mempersiapkan diri untuk masuk kepada
suatu organisasi, komunikasi terbentuk pada
saat rekruitmen atau wawancara. Individu
pada tahap ini mempunyai pengetahuan,
harapan-harapan, serta kepercayaankepercayaan
pada organisasi.
The encounter stage (tahap pertemuan)
“Point of entry”. Menurut Louis tahap
pertemuan adalah pengalaman yang
“kontras”, mengagetkan yang mengharuskan
individu baru mengenal budaya organisasi.
Tahap pengenalan individu tentang organisasi,
individu pada saat masuk pada organisasi
mulai mengenal pekerjaan baru, aturan dan
lingkungan baru. Tahap yang paling
melelahkan dan paling menentukan
keberhasilan individu untuk tahap selanjutnya.
Pada tahap ini individu bisa melakukan
komunikasi informal ataupun formal dengan
cara mencari informasi, orientasi dan lainlain.
The metamorphosis phase (tahap
pembentukan)
Proses individu menjadi “insider” di
organisasi. Individu mulai diterima,
berpartisipasi dengan anggota lain dengan
mempelajari tingkah laku dan sikap baru.
Tahap individu beradaptasi dengan
lingkungan dan kebiasaan-kebiasaan baru
secara lebih mantap. Tahap pertemuan dan
pembentukan mempunyai derajat sama dan
merupakan proses yang terus menerus sampai
pada akhirnya mungkin individu akan sampai
pada tahap empat.
The exit stage (tahap keluar)
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam
proses asimilasi, tahap di mana individu harus
pindah ke bagian lain tapi masih dalam satu
organisasi atau justru benar-benar keluar dari
organisasi tersebut, dan akan memasuki
organisasi baru karena berbagai alasan. Maka
proses asimilasi pun akan mulai lagi dari awal
dan seterusnya.

Metatheoretical Assumptions
1. Asumsi ontologi (ontologi assumption)
Teori Asimilasi Organisasi memandang
manusia sebagi individu dengan segala
kebebasannya (freewill), punya kebebasan
untuk berasimilasi atau tidak pada saat
memasuki lingkungan baru . Namun tentu saja
keberhasilan berasimilasi sangat dipengaruhi
oleh latihan dan kemampuan individu yang
pada akhirnya menentukan bisa atau tidaknya
individu bertahan dalam organisasi.
2. Asumsi epistemology (epistemological
assumption)
Teori Asimilasi Organisasi menyatakan
bahwa antar individu dan organisasi saling
memengaruhi/saling membutuhkan. Asumsi
epistemologi masih luas dan kabur, hal ini
bisa kita lebih pahami dari sudut pandang
humanistik.
3. Asumsi aksiologi (axiological
assumption)
Teori ini sangat tidak bebas nilai, kita tidak
bisa menyangkal bahwa nilai akan menambah
atau mengurangi cara sosialisasi seseorang,
tidak ada kata netralitas menurut Jablin dalam
menjelaskan teori ini.

PERNYATAAN PENJELASAN
Proses asimilasi individu melalui komunikasi
menurut teori Asimilasi Organisasi melalui
tahap-tahap seperti terlihat pada Tabel

Struktur organisasi ditentukan oleh interaksi
antara anggotanya. Individu mempunyai
hubungan unik dengan orang lain dalam
organisasi (personal network) kemudian akan
terbentuk group network, bahkan inter
organization network (Littlejohn, 2002).
Semua ini dibentuk oleh hubungan antar
individu dalam berbagi informasi atau
membina hubungan pertemanan yang akan
mempengaruhi norma-norma dalam
organisasi.
Pada saat individu baru melakukan asimilasi,
kemungkinan besar dia jadi melakukan proses
identifikasi. Proses ini terjadi pada saat
individu sadar akan adanya kesamaan dengan
individu lain. Dalam hal inilah individu akan
menerima harapan-harapan dan memutuskan
untuk konsisten dengan tujuan organisasi
(Littlejohn, 2002).
Asimilasi dipengaruhi oleh iklim komunikasi
organisasi (Pace & Faules, 1998). Iklim
komunikasi organisasi adalah merupakan
fungsi kegiatan yang terdapat dalam
organisasi untuk menunjukkan kepada
anggota organisasi bahwa orang tersebut
mempercayai dan memberikan kebebasan
pada mereka dalam mengambil risiko,
mendorong dan memberi tujuan dalam
melaksanakan tugas, menyediakan informasi
yang terbuka dan cukup tentang organisasi,
dan lain-lain.
Asimilasi erat kaitannya dengan proses
individu beradaptasi dengan lingkungannya,
menurut Fisher & Adams (1994), Perbedaan
antara manusia dan bukan manusia adalah
dalam merespons lingkungan. Manusia sangat
proaktif pada lingkungan dan mampu bereaksi
terhadap lingkungan atau dengan kata lain
manusia itu sangat aktif. Berbeda dengan
hewan misalnya yang pasif dan perilakunya
sangat tergantung pada lingkungannya.
.
KRITIK PADA TEORI
Teori Asimilasi Organisasi adalah teori
dengan penjelasan yang baik. Konsistensi
analisa adalah salah satu kualitas terbaik.
Teori ini membangun kerangka bagaimana
individu bersosialisasi, bagaimana perasaan
individu di posisi yang berbeda-beda dalam
organisasi. Metodologinya juga sempurna,
teori ini sudah di uji coba dan banyak
membantu kita dalam memahami dunia
organisasi. Jablin menjelaskan harapan
individu di dalam organisasi atau
pekerjaannya melalui proses asimilasi. Teori
ini kuat dan masih sangat relevan untuk saat
ini.
CONTOH APLIKASI TEORI
Teori Asimilasi Organisasi banyak
diaplikasikan dalam dunia kerja perusahaan,
terutama pada saat rekruitmen. Secara umum
semua perusahaan akan mempertahankan
karyawannya selama mungkin untuk
menghemat waktu dan biaya proses
penerimaan dan pelatihan karyawan baru.
Teori ini diberikan pada supervisor atau
manajer yang nantinya akan berhubungan
langsung dengan karyawan baru. Sebetulnya
peran serta atau bantuan dari supervisor
sangat menentukan keberhasilan proses
asimilasi karyawan baru, terutama untuk
tahap pertemuan (encounter stage), karena
banyak karyawan baru merasa takut dan
berat pada saat memasuki tahap ini.
Di perusahaan-perusahaan biasanya
diadakan pelatihan komunikasi bisnis untuk
para supervisor, yang salah satu materinya
tentang Teori Asimilasi Organisasi.
Supervisor sebaiknya berperan dalam proses
karyawan baru melakukan asimilasi, adapun
yang harus dilakukan adalah memberikan
instruksi-instruksi yang tepat, seperti :
1. penjelasan tentang perusahaan,
mencakup visi dan misi perusahaan
2. prosedur kerja (step by step procedure)
yang terperinci
3. memberikan feedback pada hasil kerja
agar karyawan mengetahui kekurangan
dari hasil kerjanya dan mengetahui apa
yang akan dilakukan selanjutnya.
4. memberikan keseimbangan antara
tanggung jawab dan kebebasan
berimprovisasi pada karyawan baru
dalam bekerja.
Dengan cara inilah supervisor bisa
mendukung karyawan baru dalam proses
asimilasi seorang karyawan baru.
Contoh :
A ingin bekerja di perusahaan X, A tahu
betul apa dan bagaimana perusahaan X dari
ayahnya yang bekerja di sana. A merasa
sudah kenal dengan kondisi dan tujuan dari
perusahaan X termasuk cara kerja dan
penghasilan yang akan diperoleh. Ini adalah
tahap anticipatory sosialization.
Pada saat A diterima kerja, dia memasuki
tahap encounter, dia belajar tentang kondisi
dan pekerjaan barunya, pada tahap inilah dia
akan mulai menyadari apakah harapan
sebelum dia bekerja dan setelah bekerja
cocok atau tidak. Ternyata A dapat
menemukan bahwa pekerjaannya sekarang
sesuai dengan harapannya, kemudian dia
dapat bergaul dengan karyawan lain dan
mengembangkan kariernya, maka ia masuk
pada tahap metamorphosis.
Tapi pada saat dia harus dipindahkan ke
bagian lain atau pindah ke perusahaan lain
karena alasan-alasan tertentu seperti mutasi
kerja, karena tidak bisa beradaptasi atau juga
karena harapannya tidak terpenuhi, A
memasuki exit stage dan pada saat dia
bekerja di perusahaan baru dia akan kembali
mengulang tahap-tahap dalam proses
asimilasi. Proses asimilasi selalu dialami
oleh individu setiap memasuki lingkungan
baru apapun. Otomatis proses asimilasi
tidak akan pernah berakhir.

DAFTAR PUSTAKA
Devito, J.A. (1997). Komunikas antar Manusia. Jakarta: Profesional Boks.
Fisher, B.A. & Adams, K.L. (1994).Interpersonal communication.
Mc Graw Hill.
Koentjaraningrat. (1981). Pengantar ilmu antropologi. Bandung : Rineka Cipta
Littlejohn, S.W. (2002). Theories of human communication. New Mexico: Wadsworth.
Miller, K. (2001). Communication theories.Texas: Mc Graw Hill.
Miller, K. (2001). Organizational Communication, Theory and Practice 3th Edition. Wadsworth.
Pace, R.W. & Faules, D.F. (1998).Komunikasi Organisasi. Bandung:Rosdakarya.

Minggu, 29 Agustus 2010

Asal Mula (Saum)

Kata saum makna aslinya berpantang dalam arti sebenar-benarnya (al-imsaku ‘anil-fi’li), mencakup pula berpantang makan, bicara, dan berjalan. Seekor kuda yang berpantang makan dan berjalan, disebut saim. Demikian pula angin pada waktu mereda, dan siang hari pada waktu mencapai tengah-tengahnya, juga disebut saum (R). Kata saum dalam arti berpantang bicara, digunakan oleh Qur’an Suci dalam wahyu Makkiyah permulaan: “Katakanlah, aku bernazar puasa kepada Tuhan Yang Maha-pemurah, maka pada hari ini aku tak berbicara dengan siapa pun” (19:26). Menurut istilah syari’at Islam, kata saum atau siyam berarti puasa, atau berpantang makan dan minum dan hubungan seksual mulai waktu fajar hingga matahari terbenam.

Aturan puasa dalam agama Islam
Dalam agama Islam, aturan puasa itu ditetapkan setelah aturan shalat. Kewajiban puasa itu ditetapkan di Madinah pada tahun Hijrah kedua, dan untuk menjalankan ini, ditetapkanlah bulan Ramadan. Sebelum itu, Nabi Suci biasa melakukan puasa sunnat pada tanggal 10 bulan Muharram, dan beliau menyuruh pula supaya para sahabat berpuasa pada hari-hari itu. Menurut Siti ‘Aisyah, tanggal 10 Muharram dijadikan pula hari puasa bagi kaum Quraisy (Bu. 30:1).
Jadi asal mula adanya aturan puasa dalam Islam, ini terjadi sejak zaman Nabi Suci masih di Makkah. Tetapi menurut Ibnu ‘Abbas, setelah Nabi Suci hijrah ke Madinah, beliau melihat kaum Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram, dan setelah beliau diberitahu bahwa Nabi Musa suka menjalankan puasa pada hari itu untuk memperingati dibebaskannya bangsa Israel dari perbudakan raja Fir’aun, beliau lalu menyatakan bahwa kaum Muslimin lebih dekat kepada Nabi Musa daripada kaum Yahudi, maka beliau menyuruh agar hari itu dijadikan hari puasa (Bu. 30:69).
Peraturan universal
Dalam Qur’an Suci, bab puasa hanya dibicarakan dalam satu tempat, yaitu dalam ruku’ 23 Surat al-Baqarah saja, walaupun di lain tempat ada pula uraian tentang puasa, tetapi sebagai fidyah, artinya tebusan dalam suatu perkara.
Ruku’ tersebut diawali dengan pernyataan aturan puasa adalah aturan universal: “Wahai orang-orang yang beriman, puasa diwajibkan kepada kamu sebagaimana diwajibkan pula kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjaga diri dari kejahatan” (2:183). Benarnya uraian ini, yakni puasa “diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu”, ini dibuktikan oleh sejarah agama. Hampir semua agama besar yang diturunkan di dunia terdapat aturan puasa, walaupun tak sama tekanannya dan tak sama pula bentuk dan motifasinya. “Cara dan motifnya berbeda-beda tergantung kepada iklim, kebangsaan, peradaban dan keadaan lain, tetapi sulit sekali untuk menyebut puasa suatu aturan agama yang samasekali tak dikenal” (Ency. Bri. bab Puasa).
Hanya agama Kong Hu Cu sajalah yang menurut salah seorang penulis Encyclopaedia Britannica tak mengenal aturan puasa. Agama Zaratustra sering juga disebut sebagai agama yang tak mengenal puasa, “menyuruh kepada para pendeta supaya sekurang-kurangnya menjalankan puasa lima tahun sekali”. Pada dewasa ini agama Kristen tak begitu menganggap perlu menjalankan ibadah puasa, akan tetapi Yesus Kristus bukan saja menjalankan puasa empatpuluh hari dan menjalankan puasa pada hari Penebusan sebagai orang Yahudi sejati, melainkan pula menyuruh muridnya supaya menjalankan puasa. Sabdanya: “Dan apabila kamu puasa, janganlah kamu menyerupai orang munafik dengan muramnya … Tetapi engkau ini, apabila engkau puasa, minyakilah kepalamu, dan basuhlah mukamu” (Matius 6:16-17).
Terang sekali bahwa murid beliau menjalankan puasa, tetapi tak begitu kerap seperti orang-orang Baptis, yang pada waktu ditanyakan mengenai itu, beliau menjawab bahwa mereka akan seringkali menjalankan puasa setelah beliau mangkat (Lukas 5:33-35). Dalam Injil diuraikan bahwa orang-orang Kristen zaman permulaan menjalankan puasa (Kisah Rasul-Rasul 13:2-3; 14:23). Bahkan Santo Paulus pun berpuasa (2 Korintus 6:5; 1:27).

Pengertian baru yang diketengahkan oleh Islam
Pernyataan Tuan Cruden dalam kitab Bible Concordance, bahwa semua umat hanya menjalankan puasa “pada waktu berkabung, dukacita dan kemalangan”, ini diperkuat oleh banyak fakta. Pada umumnya, di kalangan kaum Yahudi, puasa itu dijalankan sebagai tanda berkabung dan dukacita. Misalnya Nabi Dawud dikatakan menjalankan puasa tujuh hari pada waktu puteranya yang masih kecil sakit (Kitab Samuel II, 12:16, 8), demikian pula puasa sebagai tanda berkabung diuraikan dalam Kitab Semuil I, 31:13 dan di tempat lain.
Selain Hari Penebusan, yang oleh syari’at Musa ditetapkan sebagai Hari Puasa (Kitab Imamat Orang Lewi 16:29), yang intinya agar orang-orang merendahkan hatinya dengan berpuasa, sedang para pendeta menebusi mereka agar mereka suci dari dosa. Masih ada lagi beberapa hari puasa yang dipopulerkan setelah Hari Pembuangan, sekedar untuk “memperingati kejadian-kejadian yang menyedihkan tatkala kerajaan Yudah dihancurkan” (En. Br.), di antaranya, ada empat hari puasa yang dijalankan secara tertib, “untuk memperingati permulaan dikepungnya kota Yerusalem, bedahnya kota itu, dihancurkannya Kanisah, dan dibunuhnya Gedaliah” (En. Br.). Jadi sudah menjadi kebiasaan bahwa kesusahan atau peristiwa yang menyedihkan diperingati dengan puasa. Hanya puasa Nabi Musa sebanyak 40 hari, yang teladan ini kelak kemudian diikuti oleh Nabi ‘Isa, ini bukan puasa untuk memperingati dukacita, melainkan puasa yang dijalankan sebagai persiapan untuk menerima wahyu. Agama Kristen tak mengetengahkan pengertian baru tentang puasa. Sabda Yesus Kristus bahwa para murid beliau akan kerap menjalankan puasa setelah beliau mangkat, ini hanya memperkuat pengertian kaum Yahudi tentang puasa yang dihubungkan dengan dukacita dan berkabung.
Agaknya yang menjadi dasarnya pengertian tentang perbuatan orang untuk secara sukarela menjalankan penderitaan dalam bentuk puasa pada waktu terjadi kemalangan dan dukacita, ialah untuk meredakan murka Tuhan dan untuk memohon kasih-sayang-Nya. Agaknya pengertian inilah yang lama kelamaan berkembang menjadi pengertian bahwa puasa adalah perbuatan untuk menebus dosa, karena, orang beranggapan bahwa kemalangan dan malapetaka itu disebabkan karena dosa, dengan demikian puasa merupakan perwujudan lahir adanya perubahan batin dengan jalan tobat.
Hanya dalam agama Islam sajalah puasa berkembang menjadi memiliki arti yang tinggi. Islam menolak samasekali pengertian puasa untuk meredakan murka Tuhan atau memohon kasih sayang Tuhan dengan menjalankan penderitaan secara sukarela; dan sebagai gantinya, Islam mengetengahkan aturan puasa yang harus dijalankan secara teratur dan terus menerus, yang ini sebagai sarana untuk mengembangkan daya-daya batin manusia, seperti halnya shalat, tanpa memandang keadaan orang-seorang atau bangsa, apakah dalam keadaan senang atau susah. Walaupun di dalam Qur’an Suci diuraikan mengenai puasa yang dijalankan sebagai tebusan (fidyah), ini hanyalah merupakan alternatif dari perbuatan kedermawanan, yaitu memberi makan kepada kaum miskin atau memerdekakan budak belian.
Adapun aturan puasa dalam bulan Ramadan, itu dimaksud untuk melatih disiplin tingkat tinggi bagi jasmani, akhlak dan rohani, dan ini nampak dengan jelas dengan diubahnya bentuk dan motif puasa, yaitu dengan dibuatnya puasa menjadi aturan yang permanen, dengan demikian, puasa pada bulan Ramadan tak ada hubungannya dengan pengertian puasa pada waktu menderita kesusahan, kemalangan dan berbuat dosa, bahkan dalam Qur’an dijelaskan, bahwa tujuan puasa yang sejati ialah “agar kamu menjaga diri dari kejahatan (tattaqun)”. Kata tattaqun berasal dari kata ittaqa artinya, menjaga sesuatu dari yang membahayakan dan bisa melukainya, atau menjaga diri dari yang dikuatirkan yang akan berakibat buruk pada dirinya (R).
Akan tetapi selain arti tersebut, kata itu digunakan oleh Qur’an Suci dalam arti menetapi kewajiban, seperti tersebut dalam 4:1, dimana diuraikan bahwa kata arham (ikatan keluarga) dijadikan pelengkap (object) dari kata ittaqu; demikian pula kata ittaqullah dimana Allah dijadikan pelengkap bagi kata ittaqu; oleh sebab itu arti kata ittaqa dalam hal ini ialah menetapi kewajiban. Menurut bahasa Qur’an, orang yang bertaqwa (muttaqin), ialah orang yang telah mencapai derajat rohani yang amat tinggi. “Allah adalah kawan orang-orang yang bertaqwa (muttaqin)” (45:19). “Allah mencintai orang muttaqi” (3:75; 9:4, 7). “Kesudahan yang baik adalah bagi orang muttaqin” (7:128; 11:49: 28:83). “Orang muttaqin akan memperoleh tempat perlindungan yang baik” (38:49). Masih banyak lagi ayat yang menerangkan bahwa menurut Qur’an Suci, orang muttaqi ialah orang yang telah mencapai derajat rohani yang tinggi. Oleh karena tujuan puasa itu untuk menjadi orang muttaqi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perintah Qur’an menjalankan puasa itu bertujuan agar orang dapat mencapai derajat rohani yang tinggi.

Disiplin rohani
Puasa menurut Islam, terutama sekali untuk melatih disiplin rohani. Dalam dua tempat (9:112; 66:5), Qur’an Suci menerangkan bahwa orang yang puasa itu disebut sa-ih (berasal dari kata saha, makna aslinya, bepergian), artinya musafir rohani. Menurut Imam Raghib, jika orang menjauhkan diri, bukan saja dari makan dan minum, melainkan pula dari segala macam kejahatan, ia disebut sa-ih (R). Pada waktu Qur’an Suci membicarakan puasa bulan Ramadan, tercantum satu ayat yang khusus menerangkan dekatnya manusia pada Allah, oleh karena dekatnya manusia dengan Allah itulah yang dituju oleh puasa. Lalu pada ayat itu ditambah kata-kata: “Maka hendaklah mereka memenuhi seruan-Ku (dengan menjalankan puasa), dan beriman kepada-Ku, agar mereka dapat menemukan jalan yang benar” (2:186).
Dalam Hadits juga ditekankan bahwa tujuan puasa ialah untuk mencari ridla Ilahi. “Orang yang menjalankan puasa dalam bulan Ramadan, karena iman kepada-Ku dan mencari keridlaan-Ku” (Bu. 2:28). Nabi Suci bersabda: “Puasa itu perisai, maka dari itu orang yang sedang puasa janganlah berbicara kotor … dan sesungguhnya bau mulut orang yang puasa itu lebih harum, menurut Allah, daripada minyak kesturi, ia berpantang makan dan minum dan syahwat hanya untuk mencari ridla-Ku; puasa hanyalah untuk-Ku” (Bu. 30:2). Tak ada godaan yang lebih besar daripada godaan untuk memenuhi gejolak makan dan minum apabila makanan dan minuman telah tersedia, namun godaan dapat diatasi, bukan hanya sekali atau dua kali, yang seakan-akan hanya kebetulan saja, melainkan berhari-hari sampai satu bulan lamanya, dengan tiada tujuan lain kecuali untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ia dapat saja menikmati makanan yang lezat, namun ia tetap memilih lapar; ia mempunyai minuman yang segar, namun ia tetap mengeringkan tenggorokkannya menahan dahaga. Ia tak mau menyentuh makanan dan minuman hanya karena ia sadar bahwa itu perintah Allah. Di dalam rumah yang sepi, tak ada orang yang tahu bahwa ia bisa membasahi tenggorokannya dengan segalas minuman segar, namun dalam batinnya telah berkembang perasaan dekat kepada Allah, hingga ia tak mau meneteskan setetes air pun ke dalam mulutnya. Apabila datang godaan baru, ia pasti dapat mengatasi itu, karena pada saat-saat kritis, terdengar suara batin: “Tuhan ada di sampingku, dan Tuhan melihatku”. Tak ada ibadah yang dapat mengembangkan perasaan dekat kepada Allah dan perasaan berada di samping-Nya, selain ibadah puasa yang dijalankan terus-menerus hingga satu bulan lamanya.
Adanya Allah, yang bagi orang lain baru pada tingkat iman, tetapi bagi dia sudah merupakan realitas, dan kenyataan ini hanya dapat dicapai dengan disiplin rohani yang menjadi dasarnya puasa. Kesadaran akan adanya hidup yang tinggi, lebih tinggi dari-pada hidup yang hanya untuk makan dan minum, telah menghayati dirinya, dan hidup itu ialah kehidupan rohani.

Disiplin Moral
Puasa itu juga dasarnya disiplin moral, karena, puasa merupakan tempat latihan, dimana manusia diajarkan akhlak yang tinggi, yaitu ajaran supaya manusia siap menghadapi penderitaan yang amat berat dan tahan menghadapi cobaan berat, dan pantang menyerah kepada sesuatu yang terlarang baginya. Ajaran itu diulang setiap hari hingga sebulan lamanya, dan sebagaimana latihan jasmani dapat memperkuat tubuh manusia, demikian pula melatih akhlak dengan puasa, yaitu menjauhkan diri dari segala sesuatu yang terlarang, akan memperkuat segi moral bagi hidupnya. Pengertian bahwa segala sesuatu yang terlarang harus disingkiri, dan segala sesuatu yang buruk harus dibenci, ini hanya dapat dikembangkan melalui puasa. Dengan jalan puasa dapat dicapai pula aspek yang lain bagi perkembangan akhlak manusia, yaitu menaklukkan nafsu jasmaninya.
Manusia mengatur waktu makan dengan berselang-seling, dan ini memang aturan hidup yang baik; tetapi puasa selama sebulan mengajarkan kepadanya ajaran yang tinggi, yaitu bahwa ia bukan lagi menjadi budak nafsu makan dan nafsu jasmaninya, melainkan ia menjadi majikannya, karena dapat mengubah haluan hidupnya sesuai dengan kemauannya. Manusia yang dapat menguasai nafsunya, yaitu mengendalikan nafsu itu sesuai dengan keinginannya, bahkan kekuatan batinnya begitu kuat sehingga ia dapat memerintah nafsunya, ia adalah manusia yang telah mencapai derajat akhlak yang paling tinggi.

Nilai Sosial Ibadah Puasa
Sebagaimana diuraikan dalam Qur’an Suci, puasa itu selain mempunyai nilai-nilai moral dan rohani, mempunyai pula nilai sosial yang lebih efektif daripada nilai sosial shalat. Pada waktu shalat, semua penduduk di sekeliling Masjid, baik kaya maupun miskin, orang besar maupun orang kecil, shalat berjamaah lima kali sehari di Masjid dalam kedudukan yang sama, dengan demikian, pergaulan masyarakat yang sehat dapat dicapai melalui shalat. Tetapi dengan tibanya bulan Ramadan, maka gerakan massa menuju persamaan derajat bukan saja terbatas di sekeliling Masjid, atau di seluruh negeri, melainkan mencakup seluruh Muslim di dunia. Mungkin orang kaya dan miskin berdiri bahu-membahu di Masjid, tetapi di rumah, mereka hidup dalam lingkungan keluarga yang jauh berbeda. Si kaya duduk menghadap meja yang penuh makanan enak, dan dengan makanan yang lezat ini mereka mengisi perutnya empat sampai enam kali sehari, tetapi si miskin, tak kecukupan untuk makan dua kali sehari.
Bagi si miskin seringkali merasakan lapar, sedang perasaan semacam ini tak pernah dirasakan oleh si kaya. Lalu bagaimana agar si kaya ikut merasakan rasa lapar seperti si miskin dan menaruh simpati kepadanya? Jadi dalam rumah tangga terdapat perbedaan sosial yang menyolok antara dua golongan masyarakat, dan rintangan ini hanya dapat disingkirkan dengan membuat si kaya ikut merasakan rasa lapar seperti saudara-saudaranya yang miskin, yang tempo-tempo satu hari penuh tak makan, dan pengalaman semacam itu harus mereka rasakan terus-menerus, bukan satu atau dua hari saja, melainkan selama satu bulan penuh.
Dengan demikian, orang kaya dan miskin di seluruh dunia Islam menjadi sama kedudukannya, yaitu hanya diperbolehkan makan dua kali sehari, yakni dikala buka dan sahur saja, dan walaupun makanan si kaya jauh berlainan dengan makanan si miskin, tetapi si kaya telah dipaksa untuk mengurangi menunya dan dipaksa makan yang lebih sederhana, sehingga si kaya semakin dekat dengan saudara-saudaranya yang miskin. Sudah tentu perilaku semacam itu akan menimbulkan rasa simpati terhadap kaum miskin. Oleh sebab itu, khusus dalam bulan Ramadan, orang diperintahkan untuk banyak mengeluarkan sedekah, terutama sedekah fitrah guna menolong kaum fakir miskin.
Dari : Kitab Islamologi, Bab. Saum Oleh : Maulana Muhammad Ali MA. LLB

Sikap Presiden SBY di dasari pada teori Manajemen krisis

Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tadi malam menuai simpati dari Ketua DPR Marzuki Alie. Pujian Marzuki bukan semata karena SBY adalah Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.

Melainkan karena pidato SBY, menurut dia, sarat dengan makna. “Apa yang disampaikan Pak SBY menurut saya itu benar. Beliau memahami bahwa manajemen krisis itu berbeda dengan manajemen normal,” ujarnya di gedung DPR, Jumat (5/3/2010).

Presiden dalam pidatonya tadi malam membenarkan langkah penyelamatan Bank Century yang diambil Menkeu Sri Mulyani dan Gunernur BI waktu itu Boediono.

Meski tidak mendapat laporan langsung, SBY bisa memahami bahwa siapa pun yang berwenang saat itu pasti akan mengambil kebijakan serupa. Alasannya karena situasi perekonomian nasional sedang dalam kondisi kritis.

“Beliau sebagai kepala pemerintahan, sebagai orang yang tahu persis masalah ketika itu, jadi beliau mengatakan sesuai dengan fakta waktu itu,” ujar Marzuki.

Meski begitu, Marzuki tetap menghormati hasil akhir paripurna DPR dalam kasus Bank Century, yang menyebutkan ada pelanggaran dalam pengucuran dana talangan. “DPR sudah menjalankan tugasnya. Jadi tinggal bagaimana proses hukumnya saja. Keputusan DPR itu harus diapresiasi sebagai proses politik,” tandasnya.

Pentingnya Mentaati Nabi Muhammad Saw

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, "Barangsiapa yang mentaatiku, maka dia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka dia telah mendurhakai Allah. Begitu pula, barangsiapa yang mentaati petugasku, maka dia telah mentaatiku, dan barangsiapa mendurhakai petugasku, maka dia telah mendurhakaiku.' (Riwayat Bukhari)

Dari Abu Hurairah ra. lagi, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: 'Semua ummatku akan memasuki syurga kecuali yang enggan memasukinya. Siapa yang mentaatiku akan memasuki syurga, dan siapa yang mendurhakaiku, maka dialah orang yang enggan memasuki syurga.'(Riwayat Bukhari)

Jabir ra. bercerita, katanya: Suatu peristiwa datanglah beberapa Malaikat kepada Nabi SAW ketika beliau sedang tidur, lalu mereka berkata: Bahwa sesungguhnya teman kamu ini dapat diberikan beberapa perumpamaan, cobalah berikan perumpamaan baginya! Maka berkata yang satu: Dia ini sedang tidur. Yang lain berkata: Meskipun matanya tidur, namun hatinya tetap sadar! Lalu berkata pula Malaikat yang lain: Perumpamaan temanmu ini ialah perumpamaan seorang lelaki yang baru selesai membangun sebuah rumah, lalu dia pun mengadakan undangan makan, dan mengundang orang datang kepadanya. Jadi, sesiapa yang menerima undangan itu, dia akan memasuki rumah itu, dan dapatlah dia memakan dari makanan yang disediakan itu. Dan sesiapa yang menolak undangan itu, tidak akan memasuki rumah itu, dan tidak dapatlah dia memakan dari makanan yang disediakan di situ!
Kemudian berkata Malaikat yang mendengar perumpamaan itu: Jelaskanlah perkara ini kepadanya (Nabi Muhammad) supaya dia mengertinya! Lalu ada Malaikat yang berkata: Bukankah dia sedang tidur?! Jawab yang lain: Bukankah sudah aku katakan; matanya saja yang tidur, namun hatinya sadar (dapat menangkap maksud dari berita ini). Maka para Malaikat itu pun berkata: Rumah itu diibaratkan dengan 'Syurga', dan orang yang mengundang itu ialah 'Muhammad' itu sendiri. Tegasnya, siapa saja yang mentaati Muhammad, maka dia mentaati Allah. Dan siapa saja yang mendurhakai Muhammad, maka dia mendurhakai Allah. Dan Muhammad itu adalah penengah (di antara Allah) dengan manusia! (Riwayat Bukhari) Ad-Darimi juga mengeluarkan cerita yang sama dari Rabitah Al-jarasyi ra. dengan maksudnya yang sama (kitab: Al-Misykah, hal. 21)
Dari Abu Musa Al-Asy'ari ra. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: 'Hanyalah perumpamaanku dan perumpamaan apa yang diutus Allah kepadaku adalah perumpamaan seorang lelaki yang datang kepada suatu kaum, lalu dia berkata kepada mereka: Hai kaumku! Saya lihat dengan mataku sendiri, ada suatu bala tentara yang datang, dan saya adalah pemberi peringatan yang telanjang (dapat dimaksudkan: yang paling jujur), maka selamatkanlah diri kamu! Selamatkanlah! Kerana itu ada di antara kaumnya yang mentaatinya, maka dari sejak malam mereka telah keluar melarikan diri dengan secara teratur, hingga akhirnya mereka selamat. Ketika sekumpulan yang lain telah mendustakannya, dan mereka terus menetap di tempat mereka. Akhirnya, mereka sejak pagi buta telah diserang oleh bala tentara (musuh) itu, yang membinasakan mereka serta memukul bersih apa saja yang ada di hadapannya. Itulah dia perumpamaan siapa yang mentaatiku serta menuruti apa yang saya sampaikan kepadanya. Demikian pula perumpamaan siapa yang menderbakaiku serta mendustakan apa yang saya sampaikan kepadanya dari perkara kebenaran itu.' (Riwayat Darimi)
Razin telah membawa suatu berita dari Umar ra. yang dirafakkannya kepada Rasulullah SAW sabdanya: Aku sudah menanyakan Tuhanku tentang perselisihan para sahabatku sepeninggalku, lalu Allah mewahyukan kepadaku, katanya: Wahai Muhammad! Sesungguhnya semua para sahabatmu itu dalam pandanganku adalah umpama bintang-bintang di langit, setengah mereka lebih teguh dari setengah yang lain, namun bagi setiap satu darinya ada cahayanya yang tersendiri. Maka barangsiapa yang mengambil sesuatu dari apa yang ada pada diri mereka tanpa memandang pada perselisihan mereka itu, maka dia itu dalam pandanganku berada di atas kebenaran. Kemudian Nabi SAW pun berkata: Para sahabatku itu seumpama bintang-bintang maka siapa saja dari mereka yang kamu ikuti, kamu akan mendapat petunjuk. (Jam'ul-Fawa'id 2:201)
Dari Al-Irbadh bin Sariyah ra. yang menceritakan suatu peristiwa, katanya: Pada suatu hari Rasulullah SAW telah mengimami kami satu shalat, dan sesudah selesai shalat, beliau lalu menghadapkan wajahnya kepada kami serta menyampaikan suatu pidato yang sungguh berkesan sekali pada diri kami, sehingga bercucuranlah air mata kami dan gemetarlah segala urat perut kami. Sehabis pidato itu, telah bangun seorang lelaki berkata: Ya Rasulullah! Seolah-olah pidato ini adalah suatu pidato terakhir untuk mengucapkan selamat tinggal! Jadi, apakah yang patut engkau pesankan untuk kami?! jawab beliau: Aku berpesan kepada kamu supaya bertaqwa kepada Allah, selalu mendengar perintah dan mentaatinya, walaupun yang memerintah itu seorang hamba habsyi (yang hitam warna kulitnya). Kerana sesungguhnya, siapa saja yang hidup di antara kamu sesudahku nanti dia akan melihat perselisihan-perselisihan yang banyak. Maka ketika itu, hendaklah kamu berpegang teguh kepada perjalananku dan pejalanan para Khulafaur-Rasyidin yang sudah tertunjuk (oleh hidayatku), hendaklah kamu berpegang kuat dengannya, dan gigitlah dia dengan gigi geraham kamu. Berhati-hatilah kamu dengan mengada-adakan (hukum) yang baru, kerana setiap hukum yang diada-adakan itu adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu adalah sesat! (Riwayat Tarmidzy dan Abu Daud)
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman ra. telah merafakkan bicara ini kepada Nabi SAW sabdanya: Aku tidak tahu berapa lama lagi aku akan berada bersama-sama kamu. Tetapi aku mengingatkan kamu supaya mengikuti dua orang ini sepeninggalku. Lalu beliau menunjuk kepada Abu Bakar dan Umar radhiallahu-anhuma. Sambungnya lagi: Ambillah petunjuk yang diberikan Ammar, dan dengar apa yang dibicarakan Ibnu Mas'ud dan percayailah dia!(Riwayat Tarmidzy)
Dari Bilal bin Al-Haris Al-Muzani ra. bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda: 'Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnat (jalan) dari sunnatku yang telah ditinggalkan orang sepeninggalku, maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengamalkannya sesudah itu, tiada dikurangi sedikit pun dari pahala-pahala mereka (yang mengamalkannya itu). Dan barangsiapa yang mengadaadakan suatu bid'ah yang menyesatkan yang tiada diridhai Allah dan RasuINya, maka dia akan menanggung dosanya seperti dosadosa orang yang mengamalkannya, tiada dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa orang yang mengamalkannya.'(Riwayat Tarmidzy) Ibnu Majah juga meriwayatkan suatu Hadis yang serupa ini dari Katsir bin Abdullah bin Amru, dari bapanya, dari datuknya.
Dari Amru bin Auf ra. bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda: 'Sesungguhnya agama (Islam) itu akan kembali ke Hijaz, sebagaimana ular yang kembali ke dalam lobangnya. Lalu agama itu akan tertambat di Hijaz umpama tertambatnya unta-unta di puncak gunung. Sesungguhnya agama itu lahir asing (tidak dikenali orang), dan dia akan kembali asing seperti mula lahimya. Maka berbahagialah orang-orang asing itu (yakni kaum yang bukan Arab), kerana merekalah yang akan membetulkan apa yang dirusakkan manusia dari sunnatku sepeninggalku nanti."(Riwayat Tarmidzy)
Dari Abdullah bin Amru ra. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: 'Akan berlaku ke atas ummatku seperti mana yang berlaku ke atas kaum Bani Israel umpama sepasang sepatu, satu dengan yang lain, sampai terjadi di antara mereka orang yang mendatangi (melakukan zina) ibunya secara terang-terangan, demikian pula yang akan berlaku pada ummatku juga. Dan bahwasanya kaum Bani Israel akan terpecah-belah kepada tujuh puluh dua kaum, dan ummatku pula akan terpecah-belah kepada tujuh puluh tiga kaum, semuanya adalah di dalam neraka, kecuali satu kaum saja. Para sahabat bertanya: Siapa kaum itu, hai Rasulullah?! jawab beliau: kaum yang mengikutiku dan mengikuti para sahabatku!' (Riwayat Tarmidzy)