Jumat, 05 Agustus 2011

Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu

Mereka adalah anak-anak yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan dirimu
Meski mereka bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cinta tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka
Karena jiwa-jiwa itu tinggal dirumah hari esok
yang tidak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka
Tapi….
Jangan coba jadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada dimasa lalu
Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu
Menjadi anak-anakpanah yang hidup diluncurkan
Sang pemenah telah membidik arah keabadian
Ia menggerakanmu dengan kekuatannya
sehingga.
Anak-anak panah itu dapat meluncur tepat dan jauh
Jadikan tarikan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang,
maka ia juga mencintai busur yang telah meluncurkannya
dengan sepenuh kekuatan

Puisi Cinta Kahlil Gibran

“Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini… pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang”

“Apa yang telah kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya aku mencintai… Dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya”

“Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku… sebengis kematian… Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara…, di dalam pikiran malam. Hari ini… aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan… sekecup ciuman”

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada…”

“…pabila cinta memanggilmu… ikutilah dia walau jalannya berliku-liku… Dan, pabila sayapnya merangkummu… pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu…”

“…kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang”

“Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta… terus hidup… sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan…”

“Jangan menangis, Kekasihku… Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan”